Sabtu, 29 Januari 2011

Apa itu Tetragramaton dan Septuaginta?
Written by Pdt Lukas Soetrinso (Gembala GAIN, Magelang)|

Banyak orang yang menolak menyembah Bapa Yahweh dengan berkata kalau Nama Yahweh itu adalah 4 huruf mati yang dikenal dengan Tetragrammaton yang tidak bisa diucapkan. Pendapat yang seperti ini sebenarnya adalah pendapat yang mengada-ada dan tanpa dasar sama sekali, mari kita pecah perkataan Tetragramaton itu. Tetra artinya empat, Grammat artinya huruf dan tone artinya bunyi, jadi Tetragramaton itu artinya justru empat huruf yang bisa bunyi. Orang berkata YHWH tidak bisa bunyi karena memakai pola pikir orang goyim (non Yahudi), yang tidak terbiasa dengan huruf YHWH itu, sama seperti huruf KPD YTH, coba tanyakan pada orang Amerika atau orang yang bukan Indonesia, merekapun juga akan berkata kalau huruf itu juga tidak ada artinya, dan kalau orang Amerika akan berkata: KE PI DI WAY TI EDS, dan mereka juga akan berkata kalau huruf itu disebut meaningless atau tidak mempunyai arti, tetapi coba tanyakan sama orang Indonesia, dia pasti akan berkata kalau KPD YTH itu memiliki arti "Kepada yang terhormat". Coba renungkan kalau betul YHWH itu tidak mempunyai arti kenapa dalam kitab suci berbahasa Jawa ditulis Yehuwah dan dalam kitab suci berbahasa China juga berbunyi Yek'hohwa, hal ini saja sudah membuktikan kalau YHWH itu bisa berbunyi, walau agak beda dengan vocal aslinya yang berbunyi YAHWE ("H" nya tidak kedengaran) dan bila ditulis dalam huruf latin menjadi YAHWEH.
Sekarang mari kita bahas tentang "Septuaginta" apa itu sebenarnya? Septuaginta adalah terjemahan kitab-kitab Perjanjian Lama atau Tanakh yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani artinya adalah 70 dan sering ditulis sebagai "LXX" karena konon disusun 70 orang Yahudi(dari bahasa Ibrani - ditulis dalam huruf Ibrani Kuno) sebenarnya tidak ada masalah karena Nama Yahweh masih tercantum tetapi mulai dari abad ke-3 SM. Muncul Septuaginta kedua yang dikenal dengan Septuaginta versi Alexandren yang ditugaskan oleh Ptolemeus II Filadelfus (285 - 247 SM) dari Mesir atas perintah raja Iskandariyah pada abad ke-3 SM untuk dimasukkan ke Perpustakaan Alexandria. Pada kenyataannya tidak dapat dipastikan siapa yang mengerjakan terjemahan ini. Namun yang pasti ialah terjemahan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Yahudi yang tinggal di diaspora, di luar Palestina dan tidak lagi memahami bahasa Ibrani. Mereka telah sangat dipengaruhi oleh budaya Yunani (helenis), yang saat itu merupakan bahasa internasional di kawasan Laut Tengah. Abad ke-4 Septuaginta ini diterjemahkan ke bahasa Latin, dan abad ke-16 disalin ke dalam bahasa Jerman oleh Martin Luther langsung dari Bahasa Ibrani.
Septuaginta mengandung beberapa kitab yang tidak ada dalam Alkitab Yahudi. Kitab-kitab ini disebut buku-buku Deuterokanonika. Nah Septuaginya yang ke dua inilah terjadi penyimpangan-penyimpangan, misalnya saja Nama Yahweh diganti dengan Kurios yang artinya Tuhan, berarti Nama diri diubah menjadi Gelar, dan Torah diubah menjadi Nomos yang berarti hukum, padahal arti sebenarnya dari Torah adalah Pengajaran. Septuaginta yang kedua inilah yang dipakai oleh kekristenan diseluruh dunia, celakanya septuaginta kedua ini juga sudah tercampur dengan aliran gnostik dan Helenis. Apa itu Gnostik? Gnostik (Yunani. gnosis, harfiah : pengetahuan). Secara tradisional mengacu pada ajaran sesat yang aktif bergerak pada abad 2 sM, Gnostik digunakan secara luas terhadap bentuk-bentuk kepercayaan agama apa saja, dimana dualisme dan penguasaan pengetahuan adalah penting; sebab itu agama Zoroaster, ajaran Mandae, sastra Hermes, Gulungan Laut Mati dan PB pun tercampur oleh aliran ‘gnostis’.
Sekarang Apa itu Helenis atau Helenisasi, istilah ini berasal dari kata Yunani Helen (Istilah yang dipakai oleh orang Yunani untuk menyebutkan etnik mereka). Helenis juga adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kultural di mana sesuatu yang bersifat bukan Yunani menjadi Yunani (peradaban Helenistik). Prosesnya ada yang bersifat sukarela, serta ada pula dengan penggunaan kekuatan. Iskandar/Aleksander Agung menyebarkan wawasan peradaban Yunani, termasuk di dalamnya bahasa. Hasilnya adalah, beberapa unsur yang berasal dari Yunani digabung dalam bentuk yang bervariasi dengan unsur lain dari peradaban daerah yang dikuasai, yang dikenal dengan Helenisme.
Pada zaman Helenistik, bangsa Makedonia, sepeninggal Aleksander Agung, meng-helenisasi-kan bangsa Syria, Yahudi, Mesir, Persia, Armenia dan sejumlah kelompok etnik lain yang lebih kecil di sepanjang Timur Tengah dan Asia Tengah. Helenisasi juga merujuk pada Kekaisaran Bizantin dari saat pendirian Konstantinopel oleh Konstantin sampai saat kebudayaan dan bahasa Yunani mendapat kedudukan tinggi di bawah kekaisaran Heraklius di abad ketujuh

1 komentar:

  1. Play online casino games for free here at - Ambien Hoppie
    Play Online Casino Games For Free Today. Play for free or real money 해외 온라인 카지노 at our best online casinos or with our best online casino bonus offers.

    BalasHapus