Sabtu, 29 Januari 2011

Kisah Pohon Apel

Suatu ketika hiduplah sebatang pohon apel besar dan seorang anak lelaki yang senang bermain main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke puncak pohon, memakan buahnya dan tidur tiduran di keteduhan duan daunnya yang rindang. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Begitu pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu

Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain main dengan pohon apel setiap hari

Suatu hari, ia mendatangi pohon apel, wajahnya tampak sedih

“ ayo ke sini, bermain main lagi dengan ku” pinta pohon apel

“ aku bukan anak kecil yang bermain main dengan pohon lagi “ jawab anak itu. “ aku ingin memiliki mainan, tapi tak punya uang untuk membelinya “

Pohon apel menyahut “ maaf, aku pun tak punya uang.. tapi kamu boleh mengambil semua buahku dan menjualnya. Kamu bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. “

Anak lelaki itu sangat senang, ia memetik semua buahnya dan pergi dengan suka cita. Tapi dia tidak pernah datang lagi. Pohon apel sangat sedih.

Suatu hari, anak itu datang lagi

Pohon apel sangat senang melihatnya

“ ayo bermain main dengan ku” kata pohon apel

“ aku tak punya waktu “ jawab anak itu “ aku harus bekerja untuk keluarhaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukan kau membantuku?”

“ maaf, aku tak punya rumah. Tapi kamu boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumah “ jawab pohon itu

Kemudian anak itu menebang semua dahan dan ranting kemudian pergi dengan gembira. Pohon apel sangat senang melihat anak itu gembira. Tapi anak itu tak pernah kembali. Pohon apel sangat sedih dan kesepian.

Pada suatu musim panas, anak itu datang lagi

“ ayo bermain main lagi denganku “ kata pohon apel.

“ aku sedih” kata anak itu “ aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin berlibur dan berlayar. Maukah kau memberiku sebuah kapal?”

“ maaf, aku tak punya kapal. Tapi kamu boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang senang lah”

Anak itu memotong batang pohon apel dan membuat kapal.

Setelah bertahun tahun, anak itu dating lagi.

‘ maaf anakku, aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu “

“ tak apa, aku sudah tak punya gigi untuk mengigit buahmu “

“ aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat “

“ sekarang aku sudah terlalu tua untuk itu “

“ aku benar benar tak memiliki apa apa lagi yang bisa aku berikan untukmu, yang tersisa hanyalah akarku yang sudah tua dan sekarat “ kata pohon apel sambil menitikan air mata

“ aku sudah tak memiliki apa apa lagi sekarang, aku hanya membutuhkan tempat beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkan mu “

“ oohh baguslah. Taukah kamu akar akar pohon tua adalah tempat yang tepat untuk berbaring dan berteduh. Marilah kita berbaring dalam pelukan akar akarku dan beristirahatlah dengan tenang “

Anak lelaki itu beristirahat dalam pelukan akar akar pohon apel. Pohon apel sangat gembira dan tersenyum sambil menitikan air mata

Renungan :

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel adalah orang tua kita.

Ketika kita muda, kita senang bermain main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya dating ketika kita memerlukan sesuatu atau sedang dalam kesulitan. Tak peduli apapun itu, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

Anda mungkin berpikir anak lelaki itu bertindak kasar pada pohon itu. Tetapi begitulah dari kita kebanyakan memperlakukan orang tua kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar